Menjadi seorang mahasiswa tentu mempunyai berbagai tugas dan tanggung jawab. tentunya dalam mengemban tanggung jawab itu tidaklah mudah.. salah satu dari tiga Tri Dharma Perguruan Tinggi ialah pengabdibisa dikatakan 90an kepada masyarakat, dan itu pun menjadi tugas kami sebagai mahasiswa. Kuliah Kerja Nyata,, yaa.. sebagai perwujudan dari pengabdian kepada masyarakat. ditepatkan pada lokasi pulau terluar dari Indonesia,, bukan, Pulau terdepan dari Indonesia yakni Pulau Sebatik di kabupaten Nunukan.
tentu bukan hal mudah mengabdi kepada masyarakat disana sebab pulau ini merupakan tapal batas NKRI. awalnya saya berpikir tempat itu jauh dari kehidupan yang layak, namun ternyata saya salah, hanya sebagian kecil dari masyarakat di pulau itu yang tidak berkecukupan. dari 5 kecamatan di Pulau Sebatik, saya di tempatkan di Kecamatan Sebatik. Awalnyapun saya berpikir akan sulit untuk beradaptasi dengan masyarakat di sana, namun lagi lagi saya salah, mayoritas penduduk disana adalah Bugis,, ya bisa dikatakan 90% yang notabene sama dengan saya. segala kekhawatiran perlahan hilang seiring waktu.
dengan melihat kondisi yang ada disana, saya sempat bingung, apa yang harus saya lakukan untuk masyarakat disekitar sana, mereka kebanyakan adalah petani dan nelayan, sedang disiplin ilmu saya adalah Ilmu Hukum. Mendengar banyak cerita dari pemerintah dan masyarakat katanya disana merupakan pintu gerbang dari pengedaran narkoba dari Malaysia. Mungkin yang bisa saya lakukan ialah sosialisasi dasar hukum tentang narkotika. namun saya merasa belum memberikan arti apa apa kepada masyarkat disana.
saya merasa miris dengan pemerintah kabupaten Nunukan sebab kehidupan masyarkat disana walaupun kehidupan mereka layak tapi seluruh barang yang mereka gunakan berasal dari Malaysia. Pemerintah kurang mensuplai kebutuhan masyarakat. bahkan uang yang beredarpun adalah ringgit malaysia, artinya bahwa tidak ada ketegasan terhadap regulasi mata uang disana.
saya pernah bertanya kepada warga disana, "ibu, apakah ibu lebih suka memakai produk dari Malaysia". ibu itu menjawab " kami sebenarnya lebih suka memakai produk Indonesia, namun bagaimana lagi pemerintah kurang mensuplai kami kebutuhan pokok, mau tidak mau kami menggunakan produk Malaysia".
dan sebagian besar masyarakat yang saya tanya menjawab hal yang sama, artinya bahwa pemerintah tidak memberi perhatian penuh terhadap masyarakat di daerah perbatasan.
Selain itu, hal yang membuat saya miris adalah patok perbatasan antara Indonesia dan Malaysia. patoknya hanya sebuah balok setinggi lutut, apakah hanya seperti itu keseriusan pemerintah menjaga kedaulatan??? saya tidak heran ketika banyak kasus sengketa mengenai pindahnya patok perbatasan,jika pemerintah serius menjaga batas kedaulatan maka hal tersebut tidak akan terjadi
saya tak pernh meragukan nasionalisme masyarakat di Pulau Sebatik, namun apakah pemerintah menghargai nasionalisme mereka??? saya yakin, jika disuruh memilih, sebagian besar akan memilih untuk berpindah.
Hal lain yang masih membutuhkan perhatian adalah soal sumber daya Manusia yang ada disana. banyak sekali hasil laut yang tidak dapat diproses oleh masyarkat . contohnya saja ebik atau udang kecil. mereka hanya menjual mentah tanpa mampu memproduksinya menjadi terasi udang, lalu mereka kirim ke Malaysia dan kembali ke Indonesia menjadi terasi udang dan masyrakat yang kembali membelinya. kurangnya pemahaman warga atas itu membuat mereka menjadi malas untuk memproduksi. Saya yakin pemerintah sudah tau mengenai hal ini, yyaaa.. namun tetap dibiarkan Saja!!!
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar